Perjalanan
Kami
Malam itu terasa sangat menyenangkan dan bebas akan beban
pelajaran yang biasa aku jalani setiap hari. Bebas dari ulangan, tugas dan
pekerjaan rumah yang menjadi makanan pokok setiap pulang sekolah. Handphone saya bergetar tiga kali menandakan
sebuah SMS yang muncul di handphone saya.
SMS itu dari nomor sahabatku mulai TK sampai sekarang yang bernama Rendria.
Ternyata berisikan ajakan yang biasa kami lakukan setiap malam sebelum liburan
sekolah yaitu bermalam bersama teman-teman di rumahku.
Langsung saja SMS tersebut aku kirimkan ke dua temanku
yang lain yaitu Dedy dan Raka. Dedy adalah temanku mulai dari TK juga hingga
sekarang. Kami adalah sahabat yang tidak bisa terpisahkan. Sedangkan Raka
adalah temanku yang baru kenal kira-kira tiga tahun yang lalu. Dia selisih satu
tahun dari aku, Rendria dan Dedy.
Detik-detik berganti dengan menit. Aku menunggu mereka
bertiga untuk datang ke rumahku. Aku keluar dari rumah untuk menuju tempat
duduk yang terbuat dari beton didepan rumahku. Udara malam nan dingin khas
daerah Mulyorejo mulai menyelimuti tubuhku. Handphone
yang aku genggam menujukkan pukul 20.00. Akhirnya mereka datang dengan
membawa 2 sepeda motor bebek, juga sebuah tas hitam yang berisikan playstation untuk kami mainkan malam itu
juga.
Kami mulai mengobrol kesana kemari. Baik keadaan
disekolah masing-masing, keadaan kampung halaman, teman-teman baru, tugas-tugas
yang biasa dikerjakan, hingga cewek yang menjadi bahan untuk pembicaraan kaum
laki-laki. Aku mulai mengeluarkan pendapat untuk menyewa kaset CD untuk mengisi
waktu malam nanti yang kita lewati. Akupun segera berpamitan kepada ibuku yang
saat itu tengah tiduran menonton televisi. Akhirnya setelah diizinkan kamipun
mulai tancap gas dengan kendaraan bermotor kami. Dengan tubuh tanpa balutan
jaket, aku mulai terbiasa dengan dinginnya angin malam yang menusuk tulang.
Saking asyiknya bercanda tidak terasa jarum penunjuk speedometer menunjuk angka
80 km/jam. Hal itu sudah biasa aku lakukan. Itu pun juga berkat pelajaran yang
selalu di berikan oleh Rendria saat berkendara kendaraan bermotor juga
otomotif.
Setelah sampai di tempat persewaan kaset, kami memilih
beberapa kaset yang sekiranya bisa di buat untuk menahan kantuk seperti kaset
horror ataupun kaset yang bersifat pembunuhan sadis. Setelah menyerahkan kartu
pelajarku untuk menyewanya. Kembali lagi dengan kecpatan tinggi, kami mulai
menyusuri jalan dimalam hari tanpa hambatan. Dan akhirnya sampai disebuah supermarket
untuk membeli camilan dan minuman bersoda sebagai teman dari perut kami berempat
agar tidak kelaparan.
Sesampainya di rumah, aku segera membuka pintu dan
mempersilahkan masuk teman-teman untuk memarkir motor mereka di garasi. Dengan
mata yang hampir kering karena terkena hempasan angin yang kencang, aku
mempersiapkan segala keperluan mulai dari alas tidur, bantal, guling, gelas,
toples dan menyiapkan kabel-kabel untuk melihat VCD dan dan bermain playstation. Semuanya sudah siap, kami
sudah berada pada posisi yang nyaman dari kami masing-masing. Setelah aku tekan
tombol play pada VCD, lalu kumatikan
saklar lampu. Sehingga saat menonton menjadi terbawa suasana menyeramkan.
Tidak sampai dua keping CD kami lihat sampai habis, aku
sudah merasa bosan. Akhirnya kubiarkan mereka bertiga untuk menontonnya tanpa
aku. Aku menyiapkan bantal sebagai alas untuk tidurku malam ini. Jam dinding
menunjukkan angka 23.10, aku dibangunkan oleh Dedy karena film yang mereka
saksikan sudah usai. Akhirnya kami mulai bermain playstation dengan game sepak bola.
Tidak terasa sudah tiga jam kami bergantian bermain.
Karena mata kami sudah merasa berat dan letih, akhirnya kami putuskan untuk
bermalam sampai disini saja. Kumatikan playstation
dan tombol televisi. Kamipun tidur terlelap hingga tak terasa sinar
matahari mulai pagi menyilaukan mataku. Dan aku bangunkan mereka bertiga. Aku
ajak mereka bertiga untuk membersihkan badan juga sarapan agar badan terasa fit
kembali.
Sambil perlahan meneguk nasi dengan lauk kari ayam, kami
berbincang-bincang. Dan karena ingin keluar ke tempat yang jauh, si Raka memiliki
ide untuk pergi ke Cangar. Kami berempat setuju saja dengan pendapat itu.
Setelah perut kenyang, saya berpamitan kepada ayah dan ibu untuk keluar bersama
mereka. Kami mengecek sepeda motor, dan menunjukkan hasil yang beres. Akhirnya
kami berangkat dengan awalan membaca basmallah.
Dengan suasana pagi yang segar, aku sangat bersemangat
untuk keluar seperti ini. Rendria membonceng aku dan Dedy membonceng Raka. Tak
lupa dua ransel yang berisikan pakaian dan handphone
berada dipunggungku dan Raka. Saat melewati perbatasan Malang dan Batu,
suasana dingin sudah mulai menggigit telingaku. Begitu juga dengan teman-teman
yang mulai bersedekap dengan satu tangan.
Disaat
perjalanan 75% berangkat, Rendria memintaku untuk menyetir motornya karena
alasan capek. Apa boleh buat, aku mulai menggantikannya juga sekalian
mengisikan bensin eceran seharga lima ribu rupiah. Setelah sepuluh meter
mencoba motornya, astaga. Ternyata remnya tidak berfungsi. Hanya rem depan saja
yang berfungsi. Tentu hal tersebut sangat berbahaya jika dibuat untuk
perjalanan jauh. Mengapa Rendria tidak bilang dari tadi remnya tidak berfungsi.
Ternyata karena keinginannya yang besar untuk keluar bersama kami. Karena sudah
terlanjur, akhirnya kami lanjutkan perjalanan.
Jalanan yang berkelok-kelok, pemandangan yang indah dan
udara yang dingin menambah nikmatnya perjalanan kami. Selain itu juga turun titik-titik
air yang menambah dinginnya keadaan. Akupun harus berhati hati mengendarai
sepeda motor dengan keadaan satu rem agar selamat. Dedy dan Raka karena
kecerobohannya mereka terjatuh, tetapi untungnya tidak kenapa. Kamipun sampai
ditempat tujuan. Kami mulai melucuti baju untuk segera berenang di kolam yang
berair dingin meskipun ada yang panas. Kami sungguh menikmatinya. Balapan berenang
kesana kemari hingga tubuh mulai terasa letih dan memutuskan untuk pulang.
Ternyata suasana tidak bersahabat. Hujan pun turun dan
kami tidak ada yang membawa mantel. Akhirnya kami nekat saja dengan keadaan
jalan yang cukup turun curam, berbelok tajam, jalanan licin dan tentunya hanya
menggunakan satu rem depan. Akhirnya dapat kami lewati dengan aman. Semuanya selamat.
Saat memasuki daerah kota Malang udara berbeda menjadi sangat panas dengan
terik matahari. Puji syukur aku curahkan kepada-Nya karena kami berempat sudah
sampai dirumah dengan keadaan yang sehat dan aman.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar