Kamis, 08 Maret 2012

CERPEN PENGALAMAN



Perjalanan Kami
            Malam itu terasa sangat menyenangkan dan bebas akan beban pelajaran yang biasa aku jalani setiap hari. Bebas dari ulangan, tugas dan pekerjaan rumah yang menjadi makanan pokok setiap pulang sekolah. Handphone saya bergetar tiga kali menandakan sebuah SMS yang muncul di handphone saya. SMS itu dari nomor sahabatku mulai TK sampai sekarang yang bernama Rendria. Ternyata berisikan ajakan yang biasa kami lakukan setiap malam sebelum liburan sekolah yaitu bermalam bersama teman-teman di rumahku.

            Langsung saja SMS tersebut aku kirimkan ke dua temanku yang lain yaitu Dedy dan Raka. Dedy adalah temanku mulai dari TK juga hingga sekarang. Kami adalah sahabat yang tidak bisa terpisahkan. Sedangkan Raka adalah temanku yang baru kenal kira-kira tiga tahun yang lalu. Dia selisih satu tahun dari aku, Rendria dan Dedy.
            Detik-detik berganti dengan menit. Aku menunggu mereka bertiga untuk datang ke rumahku. Aku keluar dari rumah untuk menuju tempat duduk yang terbuat dari beton didepan rumahku. Udara malam nan dingin khas daerah Mulyorejo mulai menyelimuti tubuhku. Handphone yang aku genggam menujukkan pukul 20.00. Akhirnya mereka datang dengan membawa 2 sepeda motor bebek, juga sebuah tas hitam yang berisikan playstation untuk kami mainkan malam itu juga.
            Kami mulai mengobrol kesana kemari. Baik keadaan disekolah masing-masing, keadaan kampung halaman, teman-teman baru, tugas-tugas yang biasa dikerjakan, hingga cewek yang menjadi bahan untuk pembicaraan kaum laki-laki. Aku mulai mengeluarkan pendapat untuk menyewa kaset CD untuk mengisi waktu malam nanti yang kita lewati. Akupun segera berpamitan kepada ibuku yang saat itu tengah tiduran menonton televisi. Akhirnya setelah diizinkan kamipun mulai tancap gas dengan kendaraan bermotor kami. Dengan tubuh tanpa balutan jaket, aku mulai terbiasa dengan dinginnya angin malam yang menusuk tulang. Saking asyiknya bercanda tidak terasa jarum penunjuk speedometer menunjuk angka 80 km/jam. Hal itu sudah biasa aku lakukan. Itu pun juga berkat pelajaran yang selalu di berikan oleh Rendria saat berkendara kendaraan bermotor juga otomotif.
            Setelah sampai di tempat persewaan kaset, kami memilih beberapa kaset yang sekiranya bisa di buat untuk menahan kantuk seperti kaset horror ataupun kaset yang bersifat pembunuhan sadis. Setelah menyerahkan kartu pelajarku untuk menyewanya. Kembali lagi dengan kecpatan tinggi, kami mulai menyusuri jalan dimalam hari tanpa hambatan. Dan akhirnya sampai disebuah supermarket untuk membeli camilan dan minuman bersoda sebagai teman dari perut kami berempat agar tidak kelaparan.
            Sesampainya di rumah, aku segera membuka pintu dan mempersilahkan masuk teman-teman untuk memarkir motor mereka di garasi. Dengan mata yang hampir kering karena terkena hempasan angin yang kencang, aku mempersiapkan segala keperluan mulai dari alas tidur, bantal, guling, gelas, toples dan menyiapkan kabel-kabel untuk melihat VCD dan dan bermain playstation. Semuanya sudah siap, kami sudah berada pada posisi yang nyaman dari kami masing-masing. Setelah aku tekan tombol play pada VCD, lalu kumatikan saklar lampu. Sehingga saat menonton menjadi terbawa suasana menyeramkan.
            Tidak sampai dua keping CD kami lihat sampai habis, aku sudah merasa bosan. Akhirnya kubiarkan mereka bertiga untuk menontonnya tanpa aku. Aku menyiapkan bantal sebagai alas untuk tidurku malam ini. Jam dinding menunjukkan angka 23.10, aku dibangunkan oleh Dedy karena film yang mereka saksikan sudah usai. Akhirnya kami mulai bermain playstation dengan game sepak bola.
            Tidak terasa sudah tiga jam kami bergantian bermain. Karena mata kami sudah merasa berat dan letih, akhirnya kami putuskan untuk bermalam sampai disini saja. Kumatikan playstation dan tombol televisi. Kamipun tidur terlelap hingga tak terasa sinar matahari mulai pagi menyilaukan mataku. Dan aku bangunkan mereka bertiga. Aku ajak mereka bertiga untuk membersihkan badan juga sarapan agar badan terasa fit kembali.
            Sambil perlahan meneguk nasi dengan lauk kari ayam, kami berbincang-bincang. Dan karena ingin keluar ke tempat yang jauh, si Raka memiliki ide untuk pergi ke Cangar. Kami berempat setuju saja dengan pendapat itu. Setelah perut kenyang, saya berpamitan kepada ayah dan ibu untuk keluar bersama mereka. Kami mengecek sepeda motor, dan menunjukkan hasil yang beres. Akhirnya kami berangkat dengan awalan membaca basmallah.
            Dengan suasana pagi yang segar, aku sangat bersemangat untuk keluar seperti ini. Rendria membonceng aku dan Dedy membonceng Raka. Tak lupa dua ransel yang berisikan pakaian dan handphone berada dipunggungku dan Raka. Saat melewati perbatasan Malang dan Batu, suasana dingin sudah mulai menggigit telingaku. Begitu juga dengan teman-teman yang mulai bersedekap dengan satu tangan.
Disaat perjalanan 75% berangkat, Rendria memintaku untuk menyetir motornya karena alasan capek. Apa boleh buat, aku mulai menggantikannya juga sekalian mengisikan bensin eceran seharga lima ribu rupiah. Setelah sepuluh meter mencoba motornya, astaga. Ternyata remnya tidak berfungsi. Hanya rem depan saja yang berfungsi. Tentu hal tersebut sangat berbahaya jika dibuat untuk perjalanan jauh. Mengapa Rendria tidak bilang dari tadi remnya tidak berfungsi. Ternyata karena keinginannya yang besar untuk keluar bersama kami. Karena sudah terlanjur, akhirnya kami lanjutkan perjalanan.
            Jalanan yang berkelok-kelok, pemandangan yang indah dan udara yang dingin menambah nikmatnya perjalanan kami. Selain itu juga turun titik-titik air yang menambah dinginnya keadaan. Akupun harus berhati hati mengendarai sepeda motor dengan keadaan satu rem agar selamat. Dedy dan Raka karena kecerobohannya mereka terjatuh, tetapi untungnya tidak kenapa. Kamipun sampai ditempat tujuan. Kami mulai melucuti baju untuk segera berenang di kolam yang berair dingin meskipun ada yang panas. Kami sungguh menikmatinya. Balapan berenang kesana kemari hingga tubuh mulai terasa letih dan memutuskan untuk pulang.
            Ternyata suasana tidak bersahabat. Hujan pun turun dan kami tidak ada yang membawa mantel. Akhirnya kami nekat saja dengan keadaan jalan yang cukup turun curam, berbelok tajam, jalanan licin dan tentunya hanya menggunakan satu rem depan. Akhirnya dapat kami lewati dengan aman. Semuanya selamat. Saat memasuki daerah kota Malang udara berbeda menjadi sangat panas dengan terik matahari. Puji syukur aku curahkan kepada-Nya karena kami berempat sudah sampai dirumah dengan keadaan yang sehat dan aman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar